Sejarah Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW- Sebagai umat Islam
kita dianjurkan untuk memperingati, mengenang, dan mengagungkan suatu peristiwa
yang teramat bersejarah sepanjang peradaban kehidupan manusia yaitu peristiwa
di Isra' Mi'rajkannya junjungan kita baginda Muhammad SAW. Apa itu Isra' Mi'raj
? Apa yang terjadi pada Nabi Muhammad SAW dalam peristiwa Isra' Mi'raj
tersebut ? Hikmah apa yang terkandung dalam Isra' Mi'raj ? Untuk itu pada
kesempatan kali Kumpulan Sejarah akan mengupas tuntas mengenai
hal tersebut.
Pengertian
Isra' Mi'raj
Isra
Mi’raj adalah dua bagian dari perjalanan yang dilakukan oleh Muhammad dalam
waktu satu malam saja. Kejadian ini merupakan salah satu peristiwa penting bagi
umat Islam, karena pada peristiwa ini Nabi Muhammad SAW mendapat perintah untuk
menunaikan shalat lima waktu sehari semalam.
Isra
Mi’raj terjadi pada periode akhir kenabian di Makkah sebelum Rasulullah SAW
hijrah ke Madinah. Menurut al-Maududi dan mayoritas ulama, Isra Mi’raj terjadi
pada tahun pertama sebelum hijrah, yaitu antara tahun 620-621 M. Menurut
al-Allamah al-Manshurfuri, Isra Mi’raj terjadi pada malam 27 Rajab tahun ke-10
kenabian, dan inilah yang populer. Namun demikian, Syaikh Shafiyurrahman
al-Mubarakfuri menolak pendapat tersebut dengan alasan karena Khadijah
radhiyallahu anha meninggal pada bulan Ramadan tahun ke-10 kenabian, yaitu 2
bulan setelah bulan Rajab. Dan saat itu belum ada kewajiban salat lima waktu.
Al-Mubarakfuri menyebutkan 6 pendapat tentang waktu kejadian Isra Mi’raj.
Tetapi tidak ada satupun yang pasti. Dengan demikian, tidak diketahui secara
persis kapan tanggal terjadinya Isra Mi’raj.
Peristiwa
Isra Mi’raj terbagi dalam 2 peristiwa yang berbeda. Dalam Isra, Nabi Muhammad SAW “diberangkatkan” oleh
Allah SWT dari Masjidil Haram hingga Masjidil Aqsa. Lalu dalam Mi’raj Nabi
Muhammad SAW dinaikkan ke langit sampai ke Sidratul Muntaha yang merupakan
tempat tertinggi. Di sini Beliau mendapat perintah langsung dari Allah SWT
untuk menunaikan salat lima waktu.
Bagi
umat Islam, peristiwa tersebut merupakan peristiwa yang berharga, karena ketika
inilah salat lima waktu diwajibkan, dan tidak ada Nabi lain yang mendapat
perjalanan sampai ke Sidratul Muntaha seperti ini. Walaupun begitu, peristiwa
ini juga dikatakan memuat berbagai macam hal yang membuat Rasullullah SAW
sedih.
Sejarah
Peristiwa Isra' Mi'raj Nabi Muhammad SAW
Pada
suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka‟bah al
Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah
dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril,
Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam,
setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah
dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam
riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian
turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah
perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail: “Datangkan kepadaku nampan
dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”. Dan
perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak,
justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya,
hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas
kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan
melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan
untuk berjumpa dengan Allah SWT. Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau
yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas
dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka
penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada
Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah
itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan
kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah
dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang
kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan
dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya. Saat hendak
menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada
wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi
Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia
(Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya
berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum
beliau banyak Anbiya‟ yang menaiki buroq ini.
Dalam
perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah
kiri, menurut riwayat Ibnu Sa‟ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq,
sedang Mikail memegang tali kendali. (Mereka terus melaju, mengarungi alam
Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di
tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma,
lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau
sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab
beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah)
dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian
buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan
kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan
turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke
atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon
dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar
tentara Firaun. Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina‟,
sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT,
beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang
tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana.
Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat
di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Di Baitul-Lahmi inipun Beliau turun dan melakukan solat, kemudian perjalan
diteruskan dan tidak lama sampailah ke Baitul Maqdis. Di Baitul Maqdis ternyata
telah berkumpul para Nabi terdahulu, menantikan kedatangan Beliau. Di Baitul
Maqdis bersolat berjama'ah dengan para Nabi terdahulu sebagai Imam solat.
Seterusnya
dalam perjalanan, Beliau menyaksikan dengan sekelompok manusia yang bercocok
tanam dan seketika dapat di tuai (dipetik) hasilnya. Nabi pun merasa hairan
lalu bertanya kepada Jibril?....Jibril menjawab: Mereka adalah ibarat umat tuan
yang suka menginfaqkan harta bendanya untuk menegakkan kalimah Allah,
mensyi'arkan keagungan Allah dan beramal solih.
Kemudian
dalam perjalanan seterusnya Beliau mencium bau yang sangat menyusuk hidung,
Beliau bertanya Jibril?.... Jibril menjawab: Ini adalah bau Masyithah (Tukang
gunting di istana Fir'aun) sekeluarga yang merelakan diri mereka di ceburkan ke
dalam belanga yang berisi timah mendidih oleh Fir'aun lantaran keteguhan Iman
mereka kepada Allah dan tidak mengakui Fir'aun sebagai Tuhan.
Selanjutnya
dalam perjalanan itu Beliau melihat segulongan manusia yang memukul-mukul
kepalanya sendiri sehingga hancur luluh, akan tetapi sekejap kemudian kepalanya
utuh kembali, lalu dihancurkan semula, demikianlah seterusnya. Nabi s.a.w lalu
bertanya kepada Jibril?.. Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan segulongan
umat tuan yang suka melengah-lengah (mengulur-ulur) waktu solat, sampai
akhirnya habis waktu yang di tentukan.
Selanjutnya
dalam perjalanan Beliau melihat orang-orang yang memakan kayu berduri serta
batu panas yang membara dari neraka Jahannam. Lalu Beliaupun bertanya
Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah perumpamaan orang-orang yang tidak mau
mengeluarkan zakatnya. Jelas mereka termasuk orang yang menganiaya diri
sendiri.
Selanjutnya
dalam perjalanan Nabi s.a.w melihat segolongan manusia yang masing-masingnya
menghadapi dua buah mangkok, mangkok yang satu berisi daging yang sudah dimasak
dan yang satunya lagi berisi daging mentah. Akan tetapi anehnya mereka lebih
suka memakan daging yang mentah. Bertanya Nabi s.a.w kepada Jibril?..Jibril
menjawab: Mereka adalah gambaran diantara umat yang senang berbuat zina. Mereka
sebenarnya telah mempunyai isteri yang sah, akan tetapi mereka senang
melepaskan nafsu syahwatnya dengan perempuan lain yani berzina. Demikianlah
pula yang perempuan melacurkan dirinya.
Selanjutnya
dalam perjalanan Nabi s.a.w menyaksikan pula ada kayu yang berduri melintang di
tengah jalan. Sesiapa yang melaluinya pasti akan ditarik dan dikaitnya sehingga
pakaian akan koyak. Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?...Dijawab oleh Jibril:
Itulah suatu perumpamaan dari golongan umat yang suka membuat kekacauan dan
suka duduk-duduk ditepi jalan, sehingga menggangu orang-orang yang melewati
jalan itu.
Selanjutnya
Nabi s.a.w menyaksikan orang-orang yang berenang dalam sungai darah, lalu
mereka di lempari dengan batu, akan tetapi kemudian batu-batu itu mereka makan.
Nabi s.a.w bertanya kepada Jibril?..Dijawab oleh Jibril: Mereka perumpamaan
segolongan manusia yang suka memakan riba dan duit haram.
Tidak
lama kemudian Nabi s.a.w menyaksikan seorang lelaki yang memikul beban (kayu),
tetapi tidak kuat berjalan, anehnya beban itu semakin bertambah dan begitulah
seterusnya sehingga orang itu kepayahan dan terseksa. Nabi s.a.w bertanya
kepada Jibril?..Jawab Jibril: Dialah gambaran orang yang suka menerima amanat
orang lain tetapi tidak mau menunaikan (menyampaikannya) kepada yang berhak.
Selanjutnya
dalam perjalanan itu Nabi menyaksikan orang-orang yang memotong lidah dan
bibirnya dengan gunting besi, seketika itu utuh kembali, namun segera pula di
gunting lagi, begitulah seterusnya, sehingga mereka merasa penderitaan yang
amat berat. Nabi s.a.w. bertanya kepada Jibril?..Jibril menjawab: Mereka adalah
perumpamaan dari golongan manusia yang suka memberi nasihat kepada orang lain
untuk membuat baik, tetapi ia sendiri tidak pernah melakukan kebaikan seperti
yang di nasihatkan kepada orang lain.
Selanjutnya
Nabi s.a.w menyaksikan manusia yang tengah mencakar-cakar wajahnya dan dadanya
dengan kukunya sendiri yang telah berubah menjadi kuku tembaga. Nabi s.a.w
bertanya kepada Jibril? Jawab Jibril: Mereka adalah perumpamaan orang-orang
yang suka menceritakan keaibpan (keburukan), rahsia, kecacatan dan kejelekan
orang lain, dengan membesar-besarkannya kepada orang lain.
Selanjutnya
Nabi s.a.w menyaksikan sekelompok manusia yang mempunyai bibir seperti unta,
lalu disuapkan bara kedalam mulutnya. Ini adalah contoh bagi mereka yang memakan
harta anak yatim dengan jalan salah.
Selanjutnya
Nabi s.a.w menyaksikan saekor lembu besar keluar dari lubang yang sangat sempit
lalu ia berusaha untuk memasukinya kembali tetapi tidak berjaya. Itu adalah
contoh bagi mereka yang bercakap besar dan dusta, lalu ia ingin menarik kembali
percakapannya itu tetapi tidak berpeluang lagi.
Menyaksikan
sekelompok wanita yang di gantung buah dadanya sambil mereka menjerit-jerit
meminta pertolongan. Ini adalah gambaran wanita yang menyusukan anak mereka
hasil dari berzina dengan lelaki yang bukan suaminya.
Menyaksikan
sekelompok wanita yang di gantung rambutnya diatas api neraka sehingga mendidih
otak di kepalanya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka tidak mahu menutup
aurat di kepala dari di pandang lelaki yang bukan mahramnya.
Menyaksikan
sekelompok wanita yang digantung lidahnya diatas api neraka lalu dituangkan air
panas ke dalam mulutnya. Ini adalah gambaran balasan kerana mereka selalu
menyakiti hati suaminya dan bercakap dengan suara yang kasar serta tinggi.
Itulah
sebahagian riwayat-riwayat yang sering kita temui dalam kitab-kitab kisah Isra'
Mi'raj yang meskipun oleh para Ilmu Agama dikatakan bersumber dari keterangan
yang lemah, namun yang jelas isinya merupakan peringatan untuk kita berhati-hati
di dalam kehidupan dunia.
Selanjutnya
Malaikat Jibril menyediakan tangga Mi'raj yang diambil dari syurga. tangga
Mi'raj itu di perbuat daripada emas dan perak berlapis mutiara. Melalui tangga
inilah dengan berkendaraan Buraq Nabi SAW, bersama Malaikat Jibril lalu naik ke
langit pertama yaitu langit dunia.
Ketika
Jibril a.s meminta agar dibukakan pintu, kedengaran suara bertanya: Siapakah
engkau? Dijawabnya: Jibril. Jibril a.s ditanya lagi: Siapakah bersamamu? Jibril
a.s menjawab: Nabi Muhammad s.a.w. Jibril a.s ditanya lagi: Adakah Nabi
Muhammad s.a.w telah diutuskan? Jibril a.s menjawab: Ya, Beliau telah
diutuskan. Kemudian pintu langit pun dibuka, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril
segera masuk ke langit pertama.
DI
LANGIT PERTAMA
Di
sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, bapak seluruh umat
manusia. Ketika Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Adam a.s, Beliau
disambut serta Nabi Adam a.s, mendoakannya dengan doa kebaikan. Pertemuan Nabi
Muhammad s.a.w dengan Nabi Adam a.s, di langit pertama ini sebenarnya merupakan
suatu i'tibar, apabila kita berniat akan memulakan perkerjaan atau perjalanan,
hendaklah terlebih dahulu kita datang kepada orang tua, yakni ayah dan ibu untuk
memohon do'a restu keduanya agar perkerjaan dan perjalanan itu memperolehi
kejayaan serta mendapat keselamatan. Kemudian perjalanan di teruskan, naiklah
Nabi s.a.w bersama Jibril kelangit kedua.
DI
LANGIT KEDUA
Dengan
iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kedua,
masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kedua Nabi
Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi 'Isa a.s dan Nabi Yahya a.s. Kedua orang
Nabi ini kemudian memberikan do'a restunya untuk keselamatan Nabi Muhammad
s.a.w. Kemudian naiklah Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril ke langit yang ke
tiga.
DI
LANGIT KETIGA
Sebagaimana
di langit pertama dan kedua, begitu juga sampai didepan langit ketiga. Setelah
selesai terjawab semua pertanyaan, di bukalah pintunya di sertai penghormatan
oleh penjaga langit itu kepada Nabi Muhammad s.a.w. Di langit yang ketiga, Nabi
Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Yusuf a.s, yaitu seorang hamba Allah yang
memperolehi kurnia kecantikan paras wajahnya. Pertemuan antara Nabi Muhammad s.a.w,
dengan Nabi Yusuf a.s, di langit yang ketiga ini tidak ubahnya seperti
pertemuan dua saudara. Selanjutnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit
yang ke empat.
DI
LANGIT KEEMPAT
Di
sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Idris a.s yang telah memperolehi
kurnia tempat yang tinggi dari Allah s.w.t. Pertemuan ini pun tak ubahnya
seperti pertemuan dua orang saudara yang telah lama berpisah. Perjalananpun di
teruskan, Nabi Muhammad s.a.w bersama Jibril terus naik ke langit yang ke lima.
DI
LANGIT KELIMA
Dengan
iringan penghormatan serta sambutan yang baik dari penjaga langit kelima,
masuklah Nabi Muhammad s.a.w, bersama Jibril. Di langit yang kelima, Nabi
Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Harun a.s. dengan penuh penghormatan.
Pertemuan inipun tidak ubah seperti pertemuan dua orang saudara, penuh mesra
dan saling hormat. Seterusnya Nabi s.a.w bersama Jibril naik ke langit yang ke
enam.
DI
LANGIT KEENAM
Di
langit ke enam ini Nabi s.a.w bertemu dengan Nabi Musa a.s. Disini Nabi
Muhammad s.a.w menyaksikan suatu keanehan, sebab tiba-tiba saja Nabi Musa a.s
menangis tersedu-sedu. Apabila di tanyakan kepada Beliau..Beliaupun menjawab:
Kerana aku tidak mengira ada seorang Nabi yang di utus Allah sesudahku,
ummatnya akan lebih banyak yang masuk syurga dari ummatku. Kemudian perjalanan
di teruskan ke langit ketujuh.
Hadis
Rasulullah s.a.w. Diriwayatkan daripada Ibnu Abbas r.a katanya: Rasulullah
s.a.w telah menceritakan tentang perjalanan Israknya. Baginda bersabda: Nabi
Musa a.s berkulit sawa matang dan tinggi seperti seorang lelaki dari Kabilah
Syanu'ah. Manakala Nabi Isa a.s pula berbadan gempal, tingginya sederhana.
Selain dari itu baginda juga menceritakan tentang Malik penjaga Neraka Jahanam
dan Dajjal
DI
LANGIT KE TUJUH
Di
sini Nabi Muhammad s.a.w bertemu dengan Nabi Ibrahim a.s, disaat itu Nabi
Ibrahim sedang bersandar di Baitul Ma'mur. Nabi s.a.w di sambut dengan baik,
penuh penghormatan seperti menyambut anak sendiri. Nabi Ibrahim a.s sempat
memberikan nasihat kepada Nabi Muhammad SAW sebagai berikut: Wahai Muhammad,
aku nasehatkan agar engkau menyuruh umatmu untuk memperbanyak tanaman surga.
Nabi SAW bertanya: Apakah yang tuan maksud dengan tanaman surga itu?. Jawab
Nabi Ibrahima a.s. Tanaman surga ialah ucapan : LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA
BILLAAHIL 'ALIYYIL 'ADZIIM atau ucapan SUBHAANALLAAHI WAL HAMDULILLAAHI WALAA
ILAAHA ILLALLAAHU HUWALLAAHU AKBAR.
Perlu
di ketahui bahawasanya Baitul Ma'mur adalah masjid para Malaikat yang setiap
harinya tidak kurang dari 70,000 malaikat masuk kedalamnya dan apabila telah
keluar, tidaklah mereka mengulanginya lagi.
Tidak
lama kemudian Jibril menghidangkan tiga buah gelas, masing-masing berisi arak,
air susu dan madu, supaya Nabi s.a.w memilihnya manakah yang lebih disukainya.
Beliaupun memilih air susu, lalu di minumnya. Berkatalah Jibril: Benarlah
engkau ya Muhammad. Itulah lambang kesucian engkau. Demikian malaikat Jibril
mengatakan.
DI
SIDRATIL MUNTAHA
Di
Sidratil Muntaha ini Nabi Muhammad s.a.w menyaksikan keindahan panorama yang
tiada bandingannya dan tidak terdapat di tempat manapun apa lagi di dunia ini.
Dalam satu kesempatan di Sidratul Mutaha, Nabi Muhammad s.a.w sempat melihat,
rupa Malaikat Jibril yang asli. Di sebut dalam satu hadis yang di riwayat
Bukhari dan Muslim bahawasanya Jibril mempunyai enam ratus sayap. Selanjutnya
Nabi Muhammad s.a.w di ajak oleh Malaikat Jibril menyaksikan keindahan bengawan
Al-Kautsar, sampai ke depan pintu gerbang surga kemudian Beliau masuk ke surga,
di dalam surga Beliau menyaksikan hal-hal yang mengherankan, yang belum pernah
Beliau saksikan sebelumnya, juga mendengar suara-suara yang belum pernah Beliau
mendengarnya, bahkan apa saja yang menjadi kehendak hati seketika wujud.
Kesemuanya itu disaksikan oleh Nabi s.a.w di dalam surga, bahkan Beliau sempat
membaca tulisan yang terpampang di pintu surga sebagai berikut, yang artinya:
SEDEKAH
MEMPEROLEH PAHALA SEPULUH KALI LIPAT DAN MENGHUTANGI MEMPEROLEHI PAHALA DELAPAN
BELAS KALI LIPAT.
Bertanyalah
Nabi s.a.w kepada Jibril: Mengapakah pahala orang yang memberi hutang lebih
besar dari pada pahala orang bersedekah?. Jibril menjawab: Benar, sebab orang
yang di beri sedekah terkadang masih mempunyai persediaan hidup, sedangkan
orang yang berhutang sudah barang tentu dia sangat memerlukan, yakni tidak
mempunyai persediaan, sedangkan ia tidak sudi berbuat meminta-minta. Untuk
kesempurnaan pengetahuan Nabi s.a.w, diajak melihat keadaan melihat neraka, di
sisi Beliau meyaksikan bermacam-macam penyiksaan dan sebagainya. setelah
menyaksikan keadaan syurga dan neraka, kemudian Nabi s.a.w meneruskan
perjalanan naik ke Sidratul Muntaha sendirian tampa ditemani oleh Malaikat
Jibril, lantaran Jibril merasa berat untuk melangkah lebih tinggi lagi. Di
Sidratul Muntaha Beliau mendengar suara goresan pena penulis, yaitu kalam yang
menulis hukum-hukum Allah di Lauhul-Mahfuzh.
Seterusnya
Nabi Muhammad s.a.w diangkat naik setingkat lagi sampai ke 'Arasy disinilah
Nabi s.a.w menerima perintah solat yang wajib di laksanakan oleh Nabi s.a.w dan
segenap ummatnya sebanyak lima puluh kali sehari semalam. Dan akhirnya hanya
tinggal lima waktu sehari malam setelah dinasihati oleh Nabi Musa a.s dan
diperkenankan oleh Allah.
Juga
di 'Arasy, Nabi Muhammad s.a.w, menerima beberapa khushushiyyah yang belum
pernah diberikan kepada para Nabi terdahulu. Mengenai beberapa khushushiyyah,
yang disebut antara lain sebagi berikut:
Nabi
s.a.w diberi oleh Allah : Surah Al-Fatihah dan akhir Surah Al-Baqarah dari ayat
AAMANAR RASUULU sampai kepada firmanNya FAN SHURNAA 'ALAL-QAUMIL KAAFIRIINA.
Allah
berfirman dalam surah Al-Fatihah.
Yang
bermaksud: Dengan nama Allah, Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Segala
puji tertentu bagi Allah, Tuhan yang memelihara dan mentadbirkan sekalian alam.
Yang Maha Pemurah, lagi Maha Mengasihani. Yang Menguasai pemerintahan hari Pembalasan
(hari Akhirat). Engkaulah sahaja (Ya Allah) Yang Kami sembah, dan kepada
Engkaulah sahaja kami memohon pertolongan. Tunjukilah kami jalan yang lurus.
Iaitu jalan orang-orang yang Engkau telah kurniakan nikmat kepada mereka, bukan
(jalan) orang-orang yang Engkau telah murkai, dan bukan pula (jalan)
orang-orang yang sesat.
Allah
berfirman dalam surah Al-Baqarah ayat 285 & 286. Yang bermaksud: Rasulullah
telah beriman kepada apa yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, dan juga
orang-orang yang beriman; semuanya beriman kepada Allah, dan
Malaikat-malaikatNya, dan Kitab-kitabNya, dan Rasul-rasulNya. (Mereka berkata):
"Kami tidak membedakan antara seorang dengan yang lain
Rasul-rasulnya". Mereka berkata lagi: Kami dengar dan kami taat (kami pohonkan)
keampunanMu wahai Tuhan kami, dan kepadaMu jualah tempat kembali". Allah
tidak memberati seseorang melainkan apa yang terdaya olehnya. Ia mendapat
pahala kebaikan yang diusahakannya, dan ia juga menanggung dosa kejahatan yang
diusahakannya. (Mereka berdoa dengan berkata): "Wahai Tuhan kami!
Janganlah Engkau mengirakan kami salah jika kami lupa atau kami tersalah. Wahai
Tuhan kami! Janganlah Engkau bebankan kepada kami bebanan yang berat
sebagaimana yang telah Engkau bebankan kepada orang-orang yang terdahulu daripada
kami. Wahai Tuhan kami! Janganlah Engkau pikulkan kepada kami apa yang kami
tidak terdaya memikulnya. Dan maafkanlah kesalahan kami, serta ampunkanlah dosa
kami, dan berilah rahmat kepada kami. Engkaulah Penolong kami; oleh itu,
tolonglah kami untuk mencapai kemenangan terhadap kaum-kaum yang kafir".
Nabi
s.a.w menerima Ilmu tentang:
1.
Islam
2.
Hijrah
3.
Jihad
4.
Sedekah
5.
Puasa Rammadhan
6.
Amal Ma'ruf
7.
Nahyi Mungkar
8.
Solat
Nabi
Muhammad s.a.w memperolehi darjat yang tertinggi, yaitu Asma Allah di sebutkan
bersamaan dengan nama Muhammad ( LAA-ILAAHA ILLALLAAHU, MUHAMMADUR-RASUULULLAAH
) di dalam azan, tasyahhud dan lain-lainnya.
Nabi
Muhammad s.a.w juga menerima gelar HABIBULLAH dan SAYYIDUL AWWALIINA WAL
AKHIRIINA .
Setelah
Nabi Muhammad s.a.w melakukan tugas perjalanan Isra' dan Mi'raj, dengan membawa
perintah solat lima waktu sehari semalam, maka Beliau turun sampai ke Masjidil
Haram di Mekah. Beliau datang di Mekah sebelum subuh. Keesokan harinya Beliau
menceritakan peristiwa Isra' dan Mi'raj yang dialaminya semalam kepada Abu
Jahal dan segenap kaumnya. Kaum Quraisy amat gembira mendengar cerita Nabi
s.a.w ini, kerana menjadikan bukti yang jelas, akan kedustaan dan kepalsuan
seruan Nabi Muhammad s.a.w. Cerita ini yang menurut mereka amat
berlebih-lebihan dan melampaui batas ini akan menjadi sebab yang dapat
menjauhkan orang dari Nabi Muhammad s.a.w. dan orang yang masih
ragu-ragu akan segera meninggalkan Nabi s.a.w dan tidak akan memikirkan lagi
untuk mengikui dan menerima agamanya. Dugaan kaum Quraisy meleset, hal ini
ternyata, utusan yang dikirim kaum Quraisy kepada Abu Bakar As-Shiddiq
menyampaikan pertanyaan: Abu Bakar, dapatkah engkau mempercayai dan membenarkan
Muhammad yang mengatakan ia baru saja pergi ke Baitul Maqdis dan dari sana ia
terus naik ke langgit yg ke tujuh, lalu pada malam itu juga ia kembali ke
Mekah? Pertanyaan ini dijawab oleh Abu Bakar dengan tegas. Kalau memang Beliau
menyatakan demikian, benarlah ia dan pun percaya.
Utusan
Quraisy mengulangi pertanyaan: Apakah engkau membenarkan hai Abu Bakar?. Dengan
tegas Abu Bakar menjawab: Aku membenarkan dan aku yakin dan percaya. Dengan
jawaban Abu bakar yang demikian mereka kecewa dan memfitnah Nabi Muhammad s.a.w
dan menuduhnya sebagai seorang pendusta, gila dan lain sebagainya. Dengan
demikian kita dapat memgambil kesempulan, bahwa sejak dahulu hingga sekarang
kaum muslimin telah yakin dan percaya serta beriman terhadap peristiwa Isra'
dan Mi'raj. Sebagai penutup marilah kita berdo'a semoga Allah s.w.t selalu
berkati, melindungi kita dan mudah-mudahan kita senantiasa di bawah naungan
keridhaan Nya.
Hikmah
Isra Mi’raj Nabi Muhammad SAW
Perintah
sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi
ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks
spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan
kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat
beragama (Islam).
Perintah
sholat dalam perjalanan isra dan mi’raj Nabi Muhammad SAW, kemudian menjadi
ibadah wajib bagi setiap umat Islam dan memiliki keistimewaan tersendiri
dibandingkan ibadah-ibadah wajib lainnya. Sehingga, dalam konteks
spiritual-imaniah maupun perspektif rasional-ilmiah, Isra’ Mi’raj merupakan
kajian yang tak kunjung kering inspirasi dan hikmahnya bagi kehidupan umat
beragama (Islam).
Bersandar
pada alasan inilah, Imam Al-Qusyairi yang lahir pada 376 Hijriyah, melalui buku
yang berjudul asli ‘Kitab al-Mikraj’ ini, berupaya memberikan peta yang cukup
komprehensif seputar kisah dan hikmah dari perjalanan agung Isra’ Mi’raj Nabi
Muhammad SAW, beserta telaahnya. Dengan menggunakan sumber primer, berupa
ayat-ayat Al-Quran dan hadist-hadits shahih, Imam al-Qusyairi dengan cukup
gamblang menuturkan peristiwa fenomenal yang dialami Nabi itu dengan runtut.
Selain
itu, buku ini juga mencoba mengajak pembaca untuk menyimak dengan begitu detail
dan mendalam kisah sakral Rasulullah SAW, serta rahasia di balik peristiwa luar
biasa ini, termasuk mengenai mengapa mikraj di malam hari? Mengapa harus
menembus langit? Apakah Allah berada di atas? Mukjizatkah mikraj itu hingga tak
bisa dialami orang lain? Ataukah ia semacam wisata ruhani Rasulullah yang patut
kita teladani?
Bagaimana
dengan mikraj para Nabi yang lain dan para wali? Bagaimana dengan mikraj kita
sebagai muslim? Serta apa hikmahnya bagi kehidupan kita? Semua dibahas secara
gamblang dalam buku ini.
Dalam
pengertiannya, Isra’ Mi’raj merupakan perjalanan suci, dan bukan sekadar
perjalanan “wisata” biasa bagi Rasul. Sehingga peristiwa ini menjadi perjalanan
bersejarah yang akan menjadi titik balik dari kebangkitan dakwah Rasulullah
SAW. John Renerd dalam buku ”In the Footsteps of Muhammad: Understanding the Islamic
Experience,” seperti pernah dikutip Azyumardi Azra, mengatakan bahwa Isra
Mi’raj adalah satu dari tiga perjalanan terpenting dalam sejarah hidup
Rasulullah SAW, selain perjalanan hijrah dan Haji Wada. Isra Mi’raj,
menurutnya, benar-benar merupakan perjalanan heroik dalam menempuh kesempurnaan
dunia spiritual.
Jika
perjalanan hijrah dari Mekah ke Madinah pada 662 M menjadi permulaan dari
sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada yang menandai penguasaan kaum
Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj menjadi puncak perjalanan
seorang hamba (al-abd) menuju sang pencipta (al-Khalik). Isra Mi’raj adalah
perjalanan menuju kesempurnaan ruhani (insan kamil). Sehingga, perjalanan ini
menurut para sufi, adalah perjalanan meninggalkan bumi yang rendah menuju
langit yang tinggi.
Inilah
perjalanan yang amat didambakan setiap pengamal tasawuf. Sedangkan menurut Dr
Jalaluddin Rakhmat, salah satu momen penting dari peristiwa Isra Mi’raj yakni
ketika Rasulullah SAW “berjumpa” dengan Allah SWT. Ketika itu, dengan penuh
hormat Rasul berkata, “Attahiyatul mubaarakaatush shalawatuth
thayyibatulillah”; “Segala penghormatan, kemuliaan, dan keagungan hanyalah
milik Allah saja”. Allah SWT pun berfirman, “Assalamu’alaika ayyuhan nabiyu
warahmatullahi wabarakaatuh”.
Mendengar
percakapan ini, para malaikat serentak mengumandangkan dua kalimah syahadat.
Maka, dari ungkapan bersejarah inilah kemudian bacaan ini diabadikan sebagai
bagian dari bacaan shalat.
Selain
itu, Seyyed Hossein Nasr dalam buku ‘Muhammad Kekasih Allah’ (1993)
mengungkapkan bahwa pengalaman ruhani yang dialami Rasulullah SAW saat Mi’raj
mencerminkan hakikat spiritual dari shalat yang di jalankan umat islam
sehari-hari. Dalam artian bahwa shalat adalah mi’raj-nya orang-orang beriman.
Sehingga jika kita tarik benang merahnya, ada beberapa urutan dalam perjalanan
Rasulullah SAW ini.
Pertama,
adanya penderitaan dalam perjuangan yang disikapi dengan kesabaran yang dalam.
Kedua, kesabaran yang berbuah balasan dari Allah berupa perjalanan Isra Mi’raj
dan perintah shalat. Dan ketiga, shalat menjadi senjata bagi Rasulullah SAW dan
kaum Muslimin untuk bangkit dan merebut kemenangan. Ketiga hal diatas telah
terangkum dengan sangat indah dalam salah satu ayat Al-Quran, yang berbunyi
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian
itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk. (Yaitu) orang-orang
yang meyakini, bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa mereka akan
kembali kepada-Nya.”
Mengacu
pada berbagai aspek diatas, buku setebal 178 halaman ini setidaknya sangat
menarik, karena selain memberikan bingkai yang cukup lengkap tentang peristiwa
Isra’ mikraj Nabi saw, tetapi juga memuat mi’rajnya beberapa Nabi yang lain
serta beberapa wali. Kemudian kelebihan lain dalam buku ini adalah dipaparkan
juga mengenai kisah Mikrajnya Abu Yazid al-Bisthami. Mikraj bagi ulama kenamaan
ini merupakan rujukan bagi kondisi, kedudukan, dan perjalanan ruhaninya menuju
Allah.
Ia
menggambarkan rambu-rambu jalan menuju Allah, kejujuran dan ketulusan niat
menempuh perjalanan spiritual, serta keharusan melepaskan diri dari segala
sesuatu selain Allah. Maka, sampai pada satu kesimpulan, bahwa jika perjalanan
hijrah menjadi permulaan dari sejarah kaum Muslimin, atau perjalanan Haji Wada
yang menandai penguasaan kaum Muslimin atas kota suci Mekah, maka Isra Mi’raj
menjadi “puncak” perjalanan seorang hamba menuju kesempurnaan ruhani.
Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah.
Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”
“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:
“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:
“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:
“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:
“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
Karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy Al Hasany RA.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau, Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail:
“Datangkan kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan dadanya”.
Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi kotor, tidak, justru Nabi sudah diciptakan oleh Allah dengan hati yang paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan diatas kebersihan, kesucian diatas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad merasa kesulitan, maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sembari berkata: “Wahai buroq, tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada Makhluk Allah yang menaikimu yang lebih mulya daripada dia (Rasulullah)”, mendengar ini buroq merasa malu sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah keatas punggungnya, dan sebelum beliau banyak Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani disebelah kanan beliau, sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali.
(Mereka terus melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah (Nama lain dari Madinah) dan kesana anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan, secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”, setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana. Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata: “Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?”
Kemudian Jibril AS memberitahukan doa tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Kemudian beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak, beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril AS.
Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah, celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab: “Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”.
Maka Firaun memerintahkan agar disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat.
Kemudian beliau juga bertemu sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak, sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai isteri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita yang jelek (hina), dan begitupula mereka adalah para wanita yang mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani, namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya maka umatmu akan lebih memilih dunia daripada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis (Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya Para Nabi mengikat buraq di sana.
Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing sholat dua rakaat. Setelah itu sekejab mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri bershof-shof menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin) para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al Islam, jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang mengikuti syariat anda”.
Kemudian setelah beliau menyempurnakan segalanya, maka tiba saatnya beliau melakukan mi’raj yakni naik bersama Jibril menembus langit satu persatu sampai akhirnya berjumpa dengan Khaliq-nya.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al Mukarromah sampai ke Masjid al Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah dan berbicara dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil Hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat Nya untuk menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia (langit pertama), ternyata disana berdiri malaikat yang bernama Ismail, malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?”
Jibril menjawab: “Aku Jibril.”
Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?”
Jibril menjawab: “Muhammad saw.”
Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?”
Jibril menjawab: “Benar”.
Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim disana menyambut dan memuji beliau dengan berkata:
“Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”.
Setelah memasukinya beliau bertemu Nabi Adam dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam beliau seraya berkata:
“Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Di kedua sisi Nabi Adam terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang suka memakan riba.Disana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya, keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama umatnya.
Nabi saw menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar dari hammam, karena kebersihan tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats Tsaqafi.
Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub. Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya Nabi Isa.
Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi sebelumnya.
Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi yang tidak ada pengikutnya.
Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya. Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada suara: “Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai dengan doa. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di sisi Allah daripada aku”.
Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya berkumpul umatnya.
Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”. Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab: “(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“.
Dalam riwayat lain beliau berkata:
“Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha, sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun. Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya, sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau saw diangkat sampai akhirnya berada di hadapan telaga Al Kautsar, telaga khusus milik beliau saw. Setelah itu beliau memasuki surga dan melihat disana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan.
Begitu pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka, maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri disana, tempat yang tidak seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihatNya dengan mata beliau yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT.
Allah berfirman: “Wahai Muhammad.”
“Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau.
“Mintalah sesuka hatimu”, firman Nya.
Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin, Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu sebagai kekasihKu”.
Dalam Shohih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa rasulullah bersabda:
” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya:
“Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?”
Aku menjawab: “50 sholat”,
Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata:
“Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman:
“Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia berkata:
“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”,
Maka aku katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu kepadaNYa”.
Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al Mukarromah, sedang saat itu masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah beliau bergelar As Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW, sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam Risalah dan Dakwah beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar Al Amiin (dipercaya), Ash Shoodiq (selalu jujur) dan Al Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu ‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al Anwaarul Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya Al Imam Al Muhaddits As Sayyid Muhammad bin Alawy al Maliky al Hasany RA, Mahaguru dari Al Ustadz al habib Sholeh bin Ahmad al Aydrus.
.
Popular Posts
Setelah sekian lama tertikaian tejadi antara kaum muslimin
dengan kafir quraisy dan menyebabkan pecahnya peperangan dengan tidak sedikit
ko...
Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab Al Anwaarul
Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah. Karya Al Imam Al Muhaddits As
Sayyid Mu...
Silsilah lebih dikenal dengan garis keturunan. dengan
mengetahui silsilah maka kita akan mengetahui siapa pendahulu kita. Berikut
silsilah ...
Kita tentu pernah tahu atau paling tidak mendengar tentang
Abu Bakar, salah seorang Sahabat dari Rasulullah SAW. Bagaimana kah biografi
da...
Seperti yang sudah diketahui Abu Bakar As-Siddiq diangkat
sebagai khalifah pertama sebagai pemimpin umat islam setelah Nabi yang mulia
wafat...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar